Senin, 11 Maret 2013

Pustaka Cumi-Cumi

KAJIAN PUSTAKA


1. Pengertian Cumi-cumi
Cumi-cumi merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-siripnya berbentuk trianguler atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada kepalanya di sekitar luabang mulut terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh (visceral mass) dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel yang dimilikinya berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta mempunyai tepi yang disebut leher (Pelu 1989).
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersal atau semi pelagik pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400 m. Beberapa spesies hidup sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif), oleh karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya (Roper et.al. 1984).
2. Klasifikasi Cumi-cumi
Klasifikasi cumi – cumi menurut Kreuzer (1984)
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Mollusca
Kelas               : Cephalopoda
Ordo                : Teuthoidea
Sub – Ordo     : Myopsidae
Family             : Loliginidae
Menurut Saanin (1984) klasifikasi cumi-cumi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Cephalopoda
Subkelas : Coleoidea
Ordo : Teuthoidea
Family : Loligonidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp.
3. Karakteristik Cumi-cumi
Karakteristik yang dimiliki cumi-cumi adalah adanya kantong tinta yang terletak di atas usus besar. Bila kantung ini dibuka, maka akan mengeluarkan tinta berwarna coklat atau hitam yang diakibatkan oleh pigmen melanin. Cumi-cumi akan mengeluarkan tintanya melalui siphon untuk menghindari predator (Buchsbaumet.al. 1987).
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan, dapat di ketahui ciri-ciri dari cumi-cumi (Loligo Sp) yang termasuk dari kelas cephalopoda, yang mana cumi-cumi memiliki ukuran badan dengan panjang 15 cm yang berdiameter 5 cm, untuk siripnya 7 cm, panjang tangan 6 cm, dan panjang tentakel 20 cm. pada cumi-cumi tersebut juga memiliki kepala yang berwarna putih dengan bintik-bintik hitam, 2 tentakel yang warnanya putih keunguan dan berfungsi untuk mencari makanan, 8 tangan yang yang berfungsi untuk kemudi pada saat cumi-cumi bergerak kebelakang, beberapa bintik hisap yang terdapat di permukaan tangan dan kedua tentakel yang berfungsi mengeluarkan racun sebagai pelekat mangsa, 2 mata yang besar, mulut, leher yang pendek, dan juga memiliki 2 sirip yang penting untuk keseimbangan tubuh.
Ciri-ciri dari pengamatan yang di lakukan sesuai dengan yang di paparkan oleh kastawi (2005) dalam bukunya zoology avertebrata bahwa cumi-cumi (Loligo Sp) pada umumnya memiliki panjang 6-70 cm termasuk tangan dan tentakel. Cumi-cumi (Loligo Sp) pada tubuhnya terdiri atas kepala yang terletak di bagian ventral antara tangan dan collar serta memiliki dua mata yang besar, leher pendek, badan berbentuk tabung dengan sirip pada setiap sisinya. Pada kepala terdapat mulut yang di kelilingi oleh empat pasang tangan dan sepasang tentakel. Pada permukaan dalam tangan dan tentakel terdapat bintik hisap.     
            Setelah cumi-cumi di belah dapat di ketahui organ-organ yang terdapat pada cumi-cumi tersebut. Yang mana di dalamnya terdapat sepasang insang yang berfungsi untuk pernafasan, kantong tinta yang berfungsi untuk tempat tinta pada cumi-cumi, penis yang berfungsi sebagai alat reproduksi, sepasang jantung insang, usus, jantung yang berfungsi sebagai alat sirkulasi, sepasang ginjal yang berwarna putih sebagai alat ekskresi, lambung yang berfungsi sebagai pencampur makanan dan hasil sekresi dari kelenjar pencernaan, rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel.
4. Struktur dan Anatomi Cumi-cumi


a. Faring : bagian depan kerongkongan berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lendir.
b.  Mulut : tempat masuknya makanan.
c.  Mata : sebaga alat penglihatan.
d. Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.Anus : mengeluarkan sisa metabolisme.
e. Hati : mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai tempat penghasil empedu.
f. Esofagus : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dan lambung.
g.  Insang : sebagai organ pernapasan.
h.  Lambung : sebagai bagian dari organ pencernaan.
i.  Cangkang dalam : sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam.
j.  Ovarium : penghasil sel telur.
k.   Rektum : sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus.
l.   Kantung tinta : kantung selaput yang terdapat pada cumi,yang mengandung tinta. Tinta akan di semprotkan bila cumi merasa terganggu akan kedatangan / bertemu pemangsa/predator.
Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus (Kastawi, 2003).
 1. Sistem Pencernaan
        Organ pencernaan di mulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua rahang tersebut di karenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang terletak di masa bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak ujung anterior hati dan mensekresi racun yang akan bermuara ke daerah rahang. Kelenjar pencernaan terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di anterior dan pancreas terletak di posterior. Lambung bersifat muscular dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan. Zat-zat makanan akan menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ pencernaan berikutnya adalah rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel  (Kastawi, 2003).
2. Sistem saraf
            Sistem syaraf terdiri atas tujuh buah ganglion yang terletak di dalam kepala, dan saraf ganglion serebral, pedal, viseral, suprabukal, infrabukal, dan optik. Organ sensoriik sangat berkembang dan terdiri atas mata, dua statosis dan organ pembau. Statosis terletak di masing-masing lateral kepala dan berperan sebagai organ keseimbangan. Terdapat pula mata, di mana mata tersebut sudah sama dengan mata pada vertebrata  (Kastawi, 2003).
3. Sistem Ekskresi
            Alat ekskresi berupa nephridia yang berbentuk segitiga, berwarna putih terletak di sebelah jantung branchialis.
4.  Sistem Reproduksi
Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak serta menjaga kelangsungan hidupnya hanya dalam batas-batas kisaran toleransi, dengan kondisi faktor-faktor abiotik dan ketersediaan sumberdaya tertentu saja (Kramadibrata, 1996).
Beberapa cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada cumi-cumi secara seksual. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis (Kramadibrata, 1996). 
Cumi-cumi (Loligo sp.) mempunyai sistem reproduksi yang terpisah (dioecious), dimana gonadnya terletak pada bagian posterior tubuhnya. Spermatophora (sel kelamin jantan) yang sudah matang gonad akan disimpan pada nedhem sac (Pelu 1988).
Reproduksi cumi – cumi diawali dengan jantan merayu betina menggunakan warna kulit mereka dan jika diterima oleh betina , kemudian menggunakan lengan yang disebut hectocotylus untuk mentransfer paket sperma disebut spermatophore, ke betina. Betina memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam kelompok yang besar bergabung dengan telur betina lainnya. Kadang-kadang "sneaker" jantan mengintai di sekitar sarang telur, hectocotylus mereka melesat masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma merek ke telur betina yang berada di dalam tubuh (MBL, 2000).
5. Habitat Cumi-cumi
Cumi – cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena memakan udang dan ikan – ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya (Barnes, 1987). Komponen makanan ditemukan dalam lambung cumi – cumi adalah ikan – ikan kecil. Selain ikan – ikan kecil, crustacean merupakan komponen makanan yang mempunyai frekuensi kejadian yang cukup besar (Raharjo dan Bengen, 1984).
Menurut Soewito dan Syarif (1990), menyatakan cumi – cumi menghuni perairan dengan suhu antara 8 sampai 32 derajat celcius dan salinitas 8,5 sampai 30 per mil. Terjadinya kelimpahan cumi – cumi ditunjang oleh adanya zat hara yang terbawa arus (run off) dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan oleh fitoplankton yang selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenile ikan ataupun ikan – ikan kecil merupakan makanan cumi – cumi.
Menurut Voss (1963) dan Roper, daerah penyebaran cumi-cumi adalah di perairan Pasifik Barat, Australia Utara, Pulau Filipina, bagian utara Laut Cina Selatan sampai Jepang. Penyebaran cumi-cumi (Loligo sp.) di seluruh perairan Indonesia hampir merata, yaitu dari Barat Sumatera sampai ke selatan Irian Jaya, dari Selat Malaka ke timur sampai ke perairan Timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Banda, dan perairan Maluku/ Arafura.
Penyebaran cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini , mulai dari pantai sampai laut lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman beberapa ribu meter (Hamabe, M et al. 1982).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar