KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Cumi-cumi
Cumi-cumi
merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-siripnya
berbentuk trianguler atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada kepalanya
di sekitar luabang mulut terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat
penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh (visceral mass) dan
mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah
dalam tipis dan halus. Mantel yang dimilikinya berukuran tebal, berotot, dan
menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta mempunyai tepi yang disebut
leher (Pelu 1989).
Cumi-cumi
(Loligo sp.) merupakan penghuni demersal atau semi pelagik pada daerah pantai
dan paparan benua sampai kedalaman 400 m. Beberapa spesies hidup sampai di
perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari
akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan
pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif), oleh
karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya
(Roper et.al. 1984).
2. Klasifikasi Cumi-cumi
Klasifikasi
cumi – cumi menurut Kreuzer (1984)
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Kelas
: Cephalopoda
Ordo
: Teuthoidea
Sub
– Ordo : Myopsidae
Family
: Loliginidae
Menurut
Saanin (1984) klasifikasi cumi-cumi adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Moluska
Kelas
: Cephalopoda
Subkelas
: Coleoidea
Ordo
: Teuthoidea
Family
: Loligonidae
Genus
: Loligo
Spesies
: Loligo sp.
3. Karakteristik Cumi-cumi
Karakteristik
yang dimiliki cumi-cumi adalah adanya kantong tinta yang terletak di atas usus besar.
Bila kantung ini dibuka, maka akan mengeluarkan tinta berwarna coklat atau
hitam yang diakibatkan oleh pigmen melanin. Cumi-cumi akan mengeluarkan
tintanya melalui siphon untuk menghindari predator (Buchsbaumet.al. 1987).
Berdasarkan
pengamatan yang telah di lakukan, dapat di ketahui ciri-ciri dari cumi-cumi
(Loligo Sp) yang termasuk dari kelas cephalopoda, yang mana cumi-cumi
memiliki ukuran badan dengan panjang 15 cm yang berdiameter 5 cm, untuk
siripnya 7 cm, panjang tangan 6 cm, dan panjang tentakel 20 cm. pada cumi-cumi
tersebut juga memiliki kepala yang berwarna putih dengan bintik-bintik hitam, 2
tentakel yang warnanya putih keunguan dan berfungsi untuk mencari makanan, 8
tangan yang yang berfungsi untuk kemudi pada saat cumi-cumi bergerak kebelakang,
beberapa bintik hisap yang terdapat di permukaan tangan dan kedua tentakel yang
berfungsi mengeluarkan racun sebagai pelekat mangsa, 2 mata yang besar, mulut,
leher yang pendek, dan juga memiliki 2 sirip yang penting untuk keseimbangan
tubuh.
Ciri-ciri
dari pengamatan yang di lakukan sesuai dengan yang di paparkan oleh kastawi
(2005) dalam bukunya zoology avertebrata bahwa cumi-cumi (Loligo Sp) pada
umumnya memiliki panjang 6-70 cm termasuk tangan dan tentakel. Cumi-cumi
(Loligo Sp) pada tubuhnya terdiri atas kepala yang terletak di bagian
ventral antara tangan dan collar serta memiliki dua mata yang besar, leher
pendek, badan berbentuk tabung dengan sirip pada setiap sisinya. Pada kepala
terdapat mulut yang di kelilingi oleh empat pasang tangan dan sepasang
tentakel. Pada permukaan dalam tangan dan tentakel terdapat bintik
hisap.
Setelah
cumi-cumi di belah dapat di ketahui organ-organ yang terdapat pada cumi-cumi
tersebut. Yang mana di dalamnya terdapat sepasang insang yang berfungsi untuk
pernafasan, kantong tinta yang berfungsi untuk tempat tinta pada cumi-cumi,
penis yang berfungsi sebagai alat reproduksi, sepasang jantung insang, usus,
jantung yang berfungsi sebagai alat sirkulasi, sepasang ginjal yang berwarna
putih sebagai alat ekskresi, lambung yang berfungsi sebagai pencampur makanan
dan hasil sekresi dari kelenjar pencernaan, rektum dan anus yang bermuara dalam
rongga mantel.
4. Struktur dan Anatomi Cumi-cumi
a.
Faring : bagian depan kerongkongan berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut
dan membasahinya dengan lendir.
b. Mulut
: tempat masuknya makanan.
c. Mata
: sebaga alat penglihatan.
d. Tentakel
: berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.Anus
: mengeluarkan sisa metabolisme.
e. Hati
: mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai tempat penghasil empedu.
f. Esofagus
: saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dan
lambung.
g. Insang
: sebagai organ pernapasan.
h. Lambung
: sebagai bagian dari organ pencernaan.
i. Cangkang
dalam : sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam.
j. Ovarium
: penghasil sel telur.
k. Rektum
: sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus.
l. Kantung
tinta : kantung selaput yang terdapat pada cumi,yang mengandung tinta. Tinta
akan di semprotkan bila cumi merasa terganggu akan kedatangan / bertemu
pemangsa/predator.
Hewan
ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang
berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya ke dalam rongga
mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus (Kastawi, 2003).
1.
Sistem Pencernaan
Organ
pencernaan di mulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang
terbuat dari zat khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua
rahang tersebut di karenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang
terletak di masa bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak ujung anterior hati dan
mensekresi racun yang akan bermuara ke daerah rahang. Kelenjar pencernaan
terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di anterior dan pancreas
terletak di posterior. Lambung bersifat muscular dan berfungsi mencampurkan
makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan. Zat-zat makanan akan
menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ pencernaan berikutnya adalah
rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel (Kastawi, 2003).
2.
Sistem saraf
Sistem syaraf terdiri atas tujuh buah
ganglion yang terletak di dalam kepala, dan saraf ganglion serebral, pedal,
viseral, suprabukal, infrabukal, dan optik. Organ sensoriik sangat berkembang
dan terdiri atas mata, dua statosis dan organ pembau. Statosis terletak di
masing-masing lateral kepala dan berperan sebagai organ keseimbangan. Terdapat
pula mata, di mana mata tersebut sudah sama dengan mata pada
vertebrata (Kastawi, 2003).
3.
Sistem Ekskresi
Alat
ekskresi berupa nephridia yang berbentuk segitiga, berwarna putih terletak di
sebelah jantung branchialis.
4.
Sistem Reproduksi
Suatu
organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak serta menjaga kelangsungan
hidupnya hanya dalam batas-batas kisaran toleransi, dengan kondisi
faktor-faktor abiotik dan ketersediaan sumberdaya tertentu saja (Kramadibrata,
1996).
Beberapa
cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada cumi-cumi secara
seksual. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem
reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan
reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan
penis (Kramadibrata, 1996).
Cumi-cumi
(Loligo sp.) mempunyai sistem reproduksi yang terpisah (dioecious), dimana
gonadnya terletak pada bagian posterior tubuhnya. Spermatophora (sel kelamin
jantan) yang sudah matang gonad akan disimpan pada nedhem sac (Pelu
1988).
Reproduksi
cumi – cumi diawali dengan jantan merayu betina menggunakan warna kulit mereka
dan jika diterima oleh betina , kemudian menggunakan lengan yang disebut
hectocotylus untuk mentransfer paket sperma disebut spermatophore, ke betina.
Betina memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam
kelompok yang besar bergabung dengan telur betina lainnya. Kadang-kadang
"sneaker" jantan mengintai di sekitar sarang telur, hectocotylus
mereka melesat masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma merek ke telur
betina yang berada di dalam tubuh (MBL, 2000).
5. Habitat Cumi-cumi
Cumi
– cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena memakan udang dan ikan – ikan
pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya (Barnes, 1987). Komponen makanan
ditemukan dalam lambung cumi – cumi adalah ikan – ikan kecil. Selain ikan –
ikan kecil, crustacean merupakan komponen makanan yang mempunyai frekuensi
kejadian yang cukup besar (Raharjo dan Bengen, 1984).
Menurut
Soewito dan Syarif (1990), menyatakan cumi – cumi menghuni perairan dengan suhu
antara 8 sampai 32 derajat celcius dan salinitas 8,5 sampai 30 per mil.
Terjadinya kelimpahan cumi – cumi ditunjang oleh adanya zat hara yang terbawa
arus (run off) dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan oleh fitoplankton
yang selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenile ikan ataupun ikan –
ikan kecil merupakan makanan cumi – cumi.
Menurut
Voss (1963) dan Roper, daerah penyebaran cumi-cumi adalah di perairan Pasifik
Barat, Australia Utara, Pulau Filipina, bagian utara Laut Cina Selatan sampai
Jepang. Penyebaran cumi-cumi (Loligo sp.) di seluruh perairan Indonesia hampir
merata, yaitu dari Barat Sumatera sampai ke selatan Irian Jaya, dari Selat
Malaka ke timur sampai ke perairan Timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Banda, dan
perairan Maluku/ Arafura.
Penyebaran
cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini , mulai dari pantai sampai laut
lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman beberapa ribu meter (Hamabe, M et
al. 1982).